KEBIJAKAN MONETER


1.  Pengertian Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter adalah seperangkat kebijakan ekonomi yang mengatur ukuran dan tingkat pertumbuhan pasokan uang dalam suatu perekonomian negara. Ini adalah tindakan terukur untuk mengatur variabel makro ekonomi seperti inflasi dan pengangguran.
Kebijakan moneter dilaksanakan melalui cara, termasuk penyesuaian suku bunga, pembelian atau penjualan sekuritas pemerintah, dan mengubah jumlah uang tunai yang beredar dalam pasar.
Dengan kata lain, kebijakan moneter sendiri merupakan suatu kegiatan pengendalian uang yang beredar dalam perekonomian dan salah satu bagian intergal dari kebijakan ekonomi makro yang ditempuh oleh otoritas moneter.
Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah kebijakan yang dilaksanakan oleh bank sentral atau Bank Indonesia untuk dapat mengubah penawaran uang atau mengubah suku bunga yang ada, dengan tujuan untuk memengaruhi pengeluaran dalam perekonomian.
Terdapat 4 cara yang menghubungkan secara korelatif antara kebijakan moneter dalam perekonomian:
No.
Jalur
Efek yang timbul
Akibat
1.
Efek Substitusi (Substitution Effect)
Kelebihan uang akan dibelanjakan barang dan jasa
·   Permintaan terhadap barang dan jasa
·   Produksi meningkat
2.
Efek Suku Bunga
(Interest Rates effect)
Kelebihan uang di belikan financial assets
·   Permintaan terhadap financial assets meningkat
·   Suku bunga turun
3.
Efek kekayaan
(wealth effect)
Karena inflasi masyarakat yang memiliki asset riil merasa lebih kaya
·   Merasa lebih kaya masyarakat akan meningkatkan konsumsi barang dan jasa
·   Produksi meningkat
4.
Efek ekspetasi masyarakat
(expectation effect)
Masyarakat melakkan antisipasi terhadap inflasi
·   Pengusaha meningkatkan harga
·   Pekerja meminta kenaikan upah

2.  Tujuan Kebijakan Moneter
Kebijakan Moneter memiliki 4 tujuan yaitu:
-          Menjaga Stabilitas Ekonomi
Tujuan pertama dari kebijakan moneter adalah menjaga stabilitas pertumbuhan ekonomi. Stabilitas pertumbuhan ekonomi merupakan kondisi dimana pertumbuhan ekonomi suatu negara berjalan dengan baik dan sesuai harapan. Atau dalam kata lain, uang yang beredar sesuai dengan ketersediaan barang atau jasa di suatu negara.
-          Menjaga Stabilitas Harga
Hal yang sering dihubungkan dengan kebijakan moneter adalah jumlah uang beredar dan ketersediaan antara barang dan jasa. Ketika uang, barang dan jasa saling berhubungan, maka akan muncullah harga. Harga tersebut yang butuh dijaga kestabilannya.
-          Meningkatkan Kesempatan Kerja
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa kebijakan ini akan berkaitan dengan peredaran uang dan ketersediaan barang atau jasa, yang berlanjut pada kestabilan harga dan pertumbuhan ekonomi. Maka, kebijakan moneter yang baik juga akan kondisi ekonomi baik, dan nilai investasi meningkat. Saat nilai investasi meningkat, maka kesempatan kerja akan terbuka lebar.
-          Memperbaiki Posisi Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran
Jika suatu negara mendevaluasi mata uang rupiah ke mata uang asing, harga-harga barang ekspor akan lebih murah, sehingga nantinya akan memperkuat daya saing dan meningkatkan jumlah ekspor. Selanjutnya akan bisa memperbaiki neraca pembayaran dan neraca perdagangan.
a.       Tujuan Kebijakan Moneter menurut Bank Indonesia
Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang sebagaimana diubah melalui UU No. 3 Tahun 2004 dan UU No. 6 Tahun 2009 pada pasal 7. Kestabilan rupiah yang dimaksud mempunyai dua dimensi. Dimensi pertama kestabilan nilai rupiah adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin dari perkembangan laju inflasi. Sementara itu, dimensi kedua terkait dengan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain.
Dalam konteks perkembangan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain, Indonesia menganut sistem nilai tukar mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karena itu, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan untuk menjaga kestabilan nilai tukar agar sesuai dengan nilai fundamentalnya dengan tetap menjaga bekerjanya mekanisme pasar.
Dalam upaya mencapai tujuan rersebut, Bank Indonesia sejak 1 Juli 2005 menerapkan kerangka kebijakan moneter Inflation Targeting Framework (ITF). Kerangka kebijakan tersebut dipandang sesuai dengan mandat dan aspek kelembagaan yang diamanatkan oleh Undang-Undang. Dalam kerangka ini, inflasi merupakan sasaran yang diutamakan (overriding objective). Bank Indonesia secara konsisten terus melakukan berbagai penyempurnaan kerangka kebijakan moneter, sesuai dengan perubahan dinamika dan tantangan perekonomian yang terjadi, guna memperkuat efektivitasnya. 

3.  Peranan Kebijkan Moneter
Peran kebijakan moneter antara lain adalah sebagai berikut:
  1. Mampu mengatur persentase cadangan minimum yang ada di bank berdasarkan jumlah uang yang beredar di masyarakat.
  2. Berperan dalam penetapan suku bunga kredit agar kestabilan ekonomi terjaga.
  3. Mampu memelihara kestabilan nilai tukar uang melalui Bank Indonesia yang menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar agar tidak berlebihan.
  4. Mampu memainkan jumlah cadangan perbankan melalui jumlah cadangan perbankan yang harus disimpan oleh pemerintah.
  5. Imbauan moral kepada pelaku ekonomi dengan cara pemerintah akan menghimbau setiap bank agar berhati-hati dalam memberikan kredit. Hal itu untuk menjaga agar peredaran uang tidak meningkat.
  6. Mampu mengatur suku bunga deposito, sehingga apabila pemerintah ingin adanya pertambahan peredaran uang, maka suku bunga deposito harus dinaikkan. Sebaliknya, jika pemerintah ingin mengurangi peredaran uang, maka suku bunga deposito juga harus diturunkan.
  7. Mampu mengendalikan uang dengan menjual atau membeli surat berharga.
  8. Mengatur persediaan uang dan barang agar perekonomian negara bisa stabil melalui kebijakan moneter di bidang perdagangan.
  9. Mampu mempertahankan kestabilan harga dengan cara mengurangi peredaran uang.
  10. Berperan dalam memainkan tingkat bunga bank sentral pada bank umum.


4.  Jenis-Jenis Kebijakan Moneter
Berdasarkan tujuannya, ada 2 kebijakan moneter yang biasa dipakai banyak negara, yaitu kebijakan ekspansi dan kebijakan kontraktif. Berikut adalah penjelasan dari 2 jenis kebijakan tersebut :

a.       Kebijakan Ekspansif

Kebijakan ini bertujuan untuk meningkatkan pasokan uang dalam perekonomian dengan menurunkan suku bunga, membeli sekuritas pemerintah oleh bank-bank sentral, dan menurunkan persyaratan cadangan untuk bank.
Bersamaan dengan itu, kebijakan ekspansif juga akan menurunkan tingkat pengangguran dan merangsang aktivitas bisnis dan kegiatan belanja konsumen. Tujuan keseluruhan dari kebijakan moneter ekspansif adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun resikonya, kebijakan ini dapat menyebabkan inflasi yang lebih tinggi

b.      Kebijakan Ekspansif, dan Kebijakan Kontraktif

Tujuan dari kebijakan moneter kontraktif adalah untuk mengurangi jumlah uang beredar dalam perekonomian. Ini dapat dicapai dengan menaikkan suku bunga, menjual obligasi pemerintah, dan meningkatkan persyaratan cadangan untuk bank. Kebijakan kontraksi digunakan ketika pemerintah ingin mengendalikan tingkat inflasi.

5.  Instrumen Moneter

1.      Instrumen Kebijakan Moneter

Instrumen-instrumen yang biasa digunakan oleh pemerintah dalam pengambilan kebijakan moneter adalah:

Operasi pasar terbuka adalah salah satu kebijakan yang diambil bank sentral untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Kebijakan ini dilakukan dengan cara menjual Sertifikat Bank Indonesia (SBI) atau membeli surat berharga di pasar modal.
a.       Kebijakan Diskonto
Diskonto adalah pemerintah mengurangi atau menambah jumlah uang beredar dengan cara mengubah diskonto bank umum. Jika bank sentral memperhitungkan jumlah uang beredar telah melebihi kebutuhan (gejala inflasi), bank sentral mengeluarkan keputusan untuk menaikkan suku bunga. Dengan menaikkan suku bunga akan merangsang keinginan orang untuk menabung.
b.       Kebijakan Cadangan Kas
Bank sentral dapat membuat peraturan untuk menaikkan atau menurunkan cadangan kas (cash ratio). Bank umum, menerima uang dari nasabah dalam bentuk giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito, dan jenis tabungan lainnya. Ada persentase tertentu dari uang yang disetorkan nasabah dan tidak boleh dipinjamkan.
c.       Kebijakan Kredit Ketat
Kredit tetap diberikan bank umum, tetapi pemberiannya harus benar-benar didasarkan pada syarat 5C, yaitu Character, Capability, Collateral, Capital, dan Condition of Economy. Dengan kebijakan kredit ketat, jumlah uang yang beredar dapat diawasi. Langkah kebijakan ini biasa diambil pada saat ekonomi sedang mengalami gejala inflasi.
d.       Kebijakan Dorongan Moral
Bank sentral dapat juga memengaruhi jumlah uang beredar dengan berbagai pengumuman, pidato, dan edaran yang ditujukan pada bank umum dan pelaku moneter lainnya. Isi pengumuman, pidato, dan edaran dapat berupa ajakan atau larangan untuk menahan pinjaman tabungan atau pun melepaskan pinjaman.
2.       Instrumen Operasi Moneter
Operasi Moneter adalah pelaksanaan kebijakan moneter oleh Bank Indonesia dalam rangka pengendalian moneter melalui Operasi Pasar Terbuka dan Standing Facilities. Operasi Pasar Terbuka yang selanjutnya disebut OPT merupakan kegiatan transaksi di pasar uang yang dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia dalam rangka mengurangi (smoothing) volatilitas suku bunga PUAB o/n. 
Sementara instrumen Standing Facilities merupakan penyediaan dana rupiah (lending facility) dari Bank Indonesia kepada Bank dan penempatan dana rupiah  (deposit facility) oleh Bank di Bank Indonesia dalam rangka membentuk koridor suku bunga di PUAB o/n. OPT dilakukan atas inisiatif Bank Indonesia, sementara Standing Facilities dilakukan atas inisiatif bank.
3.      Instrumen yang digunakan Pemerintah
a.       Imbauan Moral (Moral Persuasion)
Imbauan moral adalah kebijakan moneter untuk mengatur jumlah uang beredar dengan cara memberi imbauan kepada para pelaku ekonomi.
b.      Politik Saneering
Kebijakan moneter yang dilakukan oleh bank sentral dengan cara pengguntingan (pemotongan) uang disebut dengan politik saneering.
c.       Devaluasi
Devaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menurunkan nilai rupiah terhadap mata uang asing
d.      Revaluasi
Revaluasi adalah kebijakan bank sentral untuk menaikkan nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing.

6.  Rules versus Discretion
Kerangka dasar untuk mengevaluasi kebijakan moneter menunjukkan bahwa harapan tentang masa depan inflasi, dan cara di mana mereka harapan terbentuk memiliki peran penting dalam menentukan hasil makro ekonomi dalam perekonomian. Dengan kata lain, keadaan saat ini ekonomi tersebut tergantung pada ekspektasi inflasi ke depan, yang diperkirakan akan terpengaruh oleh perubahan kebijakan yang diharapkan di masa depan.
Dampak perubahan kebijakan yang diharapkan di masa depan variabel makroekonomi saat ini menyebabkan ide bahwa ada keuntungan yang jelas untuk transparansi dalam melakukan kebijakan moneter kurang ada kepastian tentang kebijakan masa depan, semakin mudah bagi agen akan membentuk ekspektasi tentang masa depan. Selanjutnya, para pembuat kebijakan tidak akan mampu mengejar sistematis kebijakan yang menghasilkan inflasi yang tidak diharapkan karena individu akan cepat menangkap.
Rule  Policy merupakan  kebijakan  yang berada  di  bawah  teori  moneter yang  dikemukakan  oleh  Friedman.  Dalam  teori  Kuantitas  dikemukakan  bahwa fluktuasi  GNP  disebabkan  oleh  adanya  fluktuasi  Supply  Uang  (JUB).  Untuk mengatasi  fluktuasi  GNP  ini  maka  diperlukan  suatu  tingkat  pertumbuhan  JUB yang  stabil/tetap.  Pengendalian  JUB  secara  teratur  dengan  cara  JUB  tumbuh dengan  suatu  tingkat  tertentu  yang  konstan  ini  berlaku  dalam  jangka  panjang.
Dengan Fixed Growth Rate in The Money Supply, maka kontraksi dan ekspansi ekonomi akan menjadi relatif stabil.Dilain    pihak    kebijakan Discretion atau   sering    disebut    sebagai Countercyclical merupakan  kebijakan  yang  dicctuskan  oleh  penasihat  presiden Kennedy  dan  Johnson. Discretion  ini mcnganut  perubahan  JUB  yang  sesuai dengan kebutuhan, karena JUB tergantung pada nilai variabel  ekonomi  yang lalu dan yang akan datang.
Alasan fundamental dari discretion adalah gangguan perekonomian (GNP) yang utama itu berasal dari sektor riil. Karena 'range of swings' dari output riil ini tidak   menentu,   maka   tidak   ada   'rule'   yang   absolute   yang   dapat  mengatasi sepanjang periode yang lama. Untuk itu kebijakan discretionlah yang paling tepat. Hal  lain  yang  mendasari  discretion  adalah  kondisi  sistem ekonomi  yang  sangat kompleks,   sedangkan   pengetahuan   terbatas,  sehingga   terdapat   konsekuensi terjadinya malfungsi dari Kebijakan Rule.
7.  Perbedaan Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter
Dasar Perbandingan
Kebijakan Fiskal
Kebijakan Moneter
Pengertian
Kebijakan yang dikeluarkan pemerintah sebagai penerimaan dan pengeluaran pajak untuk mempengaruhi ekonomi sebuah negara,
Sebuah kebijakan yang digunakan oleh bank sentral untuk mengatur jumlah uang beredar dalam pasar
Pelaksana
Kementrian Keuangan
Bank Indonesia
Sifat
Kebijakan Fiskal berubah setiap tahun
Perubahan dalam kebijakan moneter tergantung pada status ekonomi bangsa.
Berhubungan Dengan
Pendapatan dan Pengeluaran Negara
Bank dan Kontrol Kredit
Berfokus Pada
Pertumbuhan Ekonomi
Stabilitas Ekonomi
Instrumen Kebijakan

Tarif pajak dan pengeluaran pemerintah

Suku bunga dan rasio kredit

8.  Contoh Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter
Kebijakan fiskal merujuk pada kebijakan yang dibuat pemerintah untuk mengarahkan ekonomi suatu negara melalui pengeluaran dan pendapatan (berupa pajak) pemerintah. Berikut ini beberapa contoh kebijakan fiskal:
1.      Pada saat perekonomian nasional sedang mengalami inflasi, maka pemerintah akan mengurangi kelebihan permintaan masyarakat dengan cara memperkecil pembelanjaan dan atau menaikkan pajak agar tercipta kestabilan kembali. Cara seperti ini disebut dengan pengelolaan anggaran.
2.      Menaikkan jumlah pajak dan jenis pajak
3.      Melakukan pinjaman negara, misalnya dengan mengeluarkan obligasi pemerintah
4.      Melakukan penghematan pengeluaran negara
5.      Mewajibkan kepemilikan NPWP (nomor pokok wajib pajak) untuk meningkatkan wajib pajak.
Berikut ini beberapa contoh kebijakan moneter:
1.       Bank Indonesia melelang sertifikatnya, atau bisa juga membeli surat-surat berharga di pasar modal.
2.       Jika kondisi tingkat kegiatan ekonomi masih berada di harapan, maka bank sentral akan menurunkan tingkat suku bunga. Hal ini akan membuat masyarakat melakukan pinjaman sehingga banyak investasi yang ada di masyarakat. Begitu juga sebaliknya, jika bank sentral ingin membatasi kegiatan ekonomi, maka tingkat suku bunga akan dinaikkan, hal ini akan membuat masyarakat/pengusaha banyak menabung sehingga uang yang beredar dapat dikurangi.
3.       Pada saat perekonomian mengalami resesi, maka uang yang beredar perlu dilakukan penambahan untuk mendorong kegiatan ekonomi yaitu dengan cara membeli surat-surat berharga.
4.       Di dalam mengurangi kegiatan ekonomi yang berlebihan pada saat terjadinya inflasi, maka harus mengurangi uang yang beredar dengan cara menjual surat-surat berharga.
5.       Jika sedang terjadi inflasi maka bank sentral akan menaikkan cadangan kas minimumnya sehingga uang yang beredar bisa dikurangi. Sebaliknya jika kondisi perekonomian sedang lesu, maka pemerintah akan menurunkan cadangan kas minimumnya, sehingga uang yang beredar akan bertambah akibat banyaknya pinjaman yang diberikan kepada masyarakat. Kemudian akibat dari naiknya cadangan kas, maka kemampuan bank umum untuk memberikan pinjaman akan berkurang atau bahkan bank umum tidak mampu memberikan pinjaman, sehingga dana yang menganggur di bank akan semakin bertambah.

DAFTAR PUSTAKA


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BUDAYA PERUSAHAAN PT. INDOFOOD SUKSES MAKMUR TBK

PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

SHU koperasi nasari